RMOLTV
  • HOME
  • INDEKS
Rabu, 25 Mei 2022

String of Pearls di Balik Blitzkrieg Taliban. Apalagi Ini?!

  • Sabtu, 21 Agustus 2021 | 11:55

rmol news logo Kemenangan Taliban dalam menguasai Afghanistan tidak berlangsung begitu saja. Di balik blitzkrieg atau serangan kilatnya, Taliban dengan cerdik berhasil memanfaatkan momentum di dalam negeri dan situasi global.

Begitu kiranya yang disampaikan wartawan senior Teguh Santosa ketika menjadi narasumber dalam diskusi yang digelar Jaringan Media Siber Indonesia (JMSI) Aceh bertajuk "Konstelasi Global Pasca Kemenangan Taliban di Afghanistan" pada Jumat siang (20/8).

Mantan Ketua bidang Luar Negeri Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) itu menguraikan, setidaknya ada empat faktor yang menjadi penentu kemenangan Taliban. Dari empat faktor itu, dua di antaranya adalah faktor domestik dan dua lainnya merupakan situasi di luar negeri.

String of Pearls

Jatuhnya Kabul pada Minggu (15/8) ke tangan Taliban, dinilai oleh Teguh yang juga pengajar matakuliah politik Asia Timur di FISIP Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Jakarta, sebagai salah satu ekspresi dari rivalitas Amerika Serikat dan Republik Rakyat China. Dalam hal ini, China berusaha mendapatkan pengaruh di kawasan Asia Tengah dan Selatan dengan merangkul negara-negara yang berada di sekitar India yang untuk begitu lama menjadi kekuatan dominan di kawasan.

Upaya ini dilakukan China melalui strategi string of pearls atau untaian permata. Istilah ini merujuk pada manuver China membangun jaringan dengan negara-negara lain dan mengalienasi India.

Sebagai contoh, dosen hubungan internasional UIN Syarif Hidayatullah Jakarta itu menggarisbawahi kerjasama China dan Pakistan dalam China-Pakistan Economic Corridor (CPEC), sebagai bagian dari jalur utama proyek Belt and Road Initiatives (BRI).

Afghanistan yang berada di antara China dan Pakistan, menurut Teguh, dengan sendirinya menjadi sangat strategis untuk dirangkul. Dan faktanya, petinggi Taliban bertemu dengan pihak China di akhir bulan Juli lalu.

Fragmentasi Elit

Teguh juga menyoroti fragmentasi elit di Afghanistan yang diperburuk dengan rapuhnya konsolidasi demokrasi pasca-pemerintahan Hamid Karzai.

Khususnya dalam pilpres di bulan September 2019, hanya 1,2 juta orang dari sekitar 10 juta pemilih yang memberikan suara. Sementara ada 18 calon presiden ketika itu.

Ashraf Ghani yang dikenal sebagai tokoh independen baru berhasil memperoleh kemenangan tipis dari lawan politiknya sejak pilpres 2014, Abdullah Abdullah, di babak kedua. Ashraf Ghani hanya mengantongi 50,6 persen dari 1,2 juta pemilik suara yang memilih.

Adapun Abdullah Abdullah yang dikalahkan Ashraf Ghani di arena pilpres 2019 adalah tokoh Partai Koalisi Nasional yang juga pernah menjabat sebagai wakil presiden di era Hamid Karzai (2009-2014).

Ini bukan kekalahan pertama Abdullah Abdullah. Dalam pilpres lima tahun sebelumnya dia juga dikalahkan Ashraf Ghani dengan kemenangan yang kontroversial. Sebagai kompromi politik ketika itu, Abdullah Abdullah mendapatkan posisi Kepala Eksekutif.

Kepemimpinan Nasional Tidak Berakar

Sosok Ashraf Ghani dinilai tidak memiliki akar pondasi yang kuat di akar rumput dan di kalangan partai-partai politik. Sebelum kembali ke Afghanistan di tahun 2002 untuk menjadi Menteri Keuangan di era Hamid Karzai, Ashraf Ghani adalah dosen di John Hopkins University.

Dia juga disebutkan pernah bekerja untuk Bank Dunia. Latar belakangnya ini membuat banyak kalangan yang menilai dirinya sebagai "agen Amerika", dan tidak heran dia selalu lolos dari lubang jarum di dua pilpres yang diikutinya, 2014 dan 2019.

Di saat bersamaan, harus diakui bahwa eksistensi partai politik di Afghanistan masih memiliki kaitan erat dengan relasi kesukuan. Ashraf Ghani dipandang tidak memiliki hubungan yang erat dengan partai politik sekaligus akar rumput.

"Ketika seseorang tidak dapat dukungan dari parpol, maka ia tidak dapat dukungan dari mayoritas suku di parpol itu. Inilah persoalan Ashraf Ghani," tambah Teguh.

Rencana AS Menarik Pasukan

Keputusan AS untuk menarik pasukan menjadi salah satu kunci keberhasilan Taliban menguasai Afghanistan. Rencana menarik pasukan dari Afghanistan merupakan salah satu janji politik Joe Biden dalam masa kampanye pilpres yang lalu. Dari perspektif ini Teguh mengatakan, penarikan mundur pasukan AS itu bukan sebuah kekalahan.

"Seharusnya perang melawan Al Qaeda sudah selesai setelah Osama bin Laden tewas di era pemerintahan Barack Obama," kata Teguh.

Apa yang terjadi di Afghanistan setelah AS menarik diri adalah urusan domestik Afghanistan. Ketika Taliban semakin intensif menekan pemerintahan Ashraf Ghani, AS memutuskan tetap pada rencana mereka meninggalkan negeri yang sudah mereka lindungi selama 20 tahun itu.

Keputusan AS inilah yang dimanfaatkan dengan baik oleh Taliban. rmol news logo article


Komentar Pembaca

Video Terkait

BLOWBACK • Cerita dari Kabul: Kami Menunggu Aksi Mereka

BLOWBACK • Cerita dari Kabul: Kami Menunggu Aksi Mereka

  • Kamis, 02 September 2021 | 20:45
BLOWBACK • Cerita JK, Taliban Belajar Pancasila

BLOWBACK • Cerita JK, Taliban Belajar Pancasila

  • Jumat, 27 Agustus 2021 | 03:55
Kunci Kemenangan Taliban Dibongkar

Kunci Kemenangan Taliban Dibongkar

  • Kamis, 19 Agustus 2021 | 12:11

Video Lainnya

BLOWBACK • Cerita dari Kabul: Kami Menunggu Aksi Mereka

BLOWBACK • Cerita dari Kabul: Kami Menunggu Aksi Mereka

  • Kamis, 02 September 2021 | 20:45
BLOWBACK • Cerita JK, Taliban Belajar Pancasila

BLOWBACK • Cerita JK, Taliban Belajar Pancasila

  • Jumat, 27 Agustus 2021 | 03:55
Kunci Kemenangan Taliban Dibongkar

Kunci Kemenangan Taliban Dibongkar

  • Kamis, 19 Agustus 2021 | 12:11
BLOWBACK • Taliban is Back!

BLOWBACK • Taliban is Back!

  • Rabu, 18 Agustus 2021 | 17:56
Dubes Afghanistan: Yang Kami Cari Adalah Perdamaian

Dubes Afghanistan: Yang Kami Cari Adalah Perdamaian

  • Sabtu, 14 Agustus 2021 | 20:41
Heri Andreas: Kekuatan Doa, Jakarta Masih Aman

Heri Andreas: Kekuatan Doa, Jakarta Masih Aman

  • Jumat, 06 Agustus 2021 | 11:54
Heri Andreas: Di Jawa Tengah Sudah Banyak Desa Tenggelam!

Heri Andreas: Di Jawa Tengah Sudah Banyak Desa Tenggelam!

  • Jumat, 06 Agustus 2021 | 11:49
Indeks Berita RMOL.ID
  • 1

    Zulhas Apresiasi KPK di Bawah Kepemimpinan Firli yang Gencar Sosialisasi Pencegahan Korupsi dan Pendidikan Antikorupsi

    Rabu, 25 Mei 2022 | 12:59
  • 2

    Pimpinan DPR Tidak Masalah Jokowi Tunjuk Luhut Lagi, Asal…

    Rabu, 25 Mei 2022 | 12:55
  • 3

    Jokowi Terbang ke Bali, Bagi-bagi Bansos hingga Bertemu Wapres Zambia

    Rabu, 25 Mei 2022 | 12:40
  • 4

    Warga Diterjang Banjir Rob, Bupati Kendal Pastikan Bantuan Tersalurkan Cepat

    Rabu, 25 Mei 2022 | 12:40
  • 5

    Megawati Sudah Peringatkan Banjir Semarang, Dasarnya Ganjar Punya Bakat Pembangkang

    Rabu, 25 Mei 2022 | 12:29
  • Tentang Kami
  • Disclaimer
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
  • Kontak Kami
  • RSS
© BLOWBACK.RMOL.ID. All rights reserved.